Hindu-Buddha
dan Perkembangannya di Indonesia
Hindu-Buddha
merupakan dua agama yang berasal dari satu negara berpenduduk
padat
di dunia, India.
1. Agama
Hindu
Agama
Hindu berasal dari India.
Sumber
ajaran agama Hindu terdapat dalam kitab suci Weda
(terdiri atas empat
kitab),
Brahmana (merupakan tafsir dari kitab Weda), dan Upanisad (memuat
dasar-dasar
filsafat
hubungan antara manusia dan TUHAN). Kata
weda berasal dari kata vid
artinya
tahu. Weda atau veda berarti pengetahuan suci.
Dewa-dewa
utama dalam ajaran Hindu ialah Dewa Trimurti (kesatuan dari tiga
dewa). Ketiga dewa tersebut ialah:
(1)
Dewa Brahma. Brahma bertugas menciptakan alam
semesta dan mengatur segala
peristiwa
di dunia. Kendaraannya berupa angsa.
(2)
Dewa Wisnu. Wisnu bertugas memelihara alam
semesta. Kendaraannya berupa
seekor
burung garuda.
(3) Dewa
Syiwa. Syiwa bertugas sebagai perusak semua yang tidak lagi berguna di alam. Kendaraannya seekor lembu.
Dalam
masyarakat Hindu, dikenal lima
kasta atau kelas, yaitu:
(1)
Brahmana: terdiri atas pemimpin agama atau pendeta
(2)
Ksatria: terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya, serta
prajuritprajuritnya
(3)
Waisya: terdiri atas pengusaha dan pedagang
(4)
Sudra: terdiri atas para petani dan pekerja kasar
(5)
Paria: terdiri atas gelandangan (orang yang haram untuk disentuh)
Tempat
suci umat Hindu antara lain kota Benares yang dianggap sebagai tempat
bersemayamnya
Dewa Syiwa. Sungai Gangga dianggap keramat dan suci karena air Sungai
Gangga
dianggap dapat mensucikan abu jenazah yang dibuang ke dalamnya. Hari raya
umat
Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi,
dan Siwaratri.
2. Agama
Buddha
Agama
Buddha juga berasal dari India.
Agama ini timbul sebagai reaksi masyarakat
terhadap
peran kaum Brahmana yang dianggap terlalu berlebihan dalam menjalankan
tugas
dan fungsi mereka. Agama ini didasarkan pada ajaran Sidharta Gautama. Sidharta Gautama
digelari Sang Buddha (orang yang mendapat pencerahan) karena ia mendapat
penerangan
yang sempurna setelah bertapa di tengah hutan.
Agama
Buddha tidak mengakui pembagian kasta dalam masyarakat. Menurut ajaran
Buddha,
setiap orang punya hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan
asalkan
ia mampu mengendalikan dirinya sehingga bebas dari samsara. Penderitaan dapat
dihentikan
dengan cara menindas trisna (nafsu). Nafsu dapat ditindas melalui
delapan jalan
(astavidha),
yaitu pandangan (ajaran) yang benar, niat atau sikap yang benar, berbicara
yang
benar, berbuat atau bertingkah laku yang benar, penghidupan yang benar,
berusaha
yang
benar, memerhatikan hal-hal yang benar, dan bersemedi yang benar.
Pemeluk
agama Buddha wajib melaksanakan tiga ikrar (Tri Ratna), yaitu:
berlindung
kepada Buddha, berlindung kepada Dharma (ajaran) agama Buddha, dan
berlindung
kepada Sanggha (perkumpulan) masyarakat pemeluk agama Buddha.
Umat
Buddha merayakan Hari Raya Triwaisak.
Kitab
suci agama Buddha ialah Tripitaka (Tiga Keranjang) yang terdiri atas Vinayapitaka
(berisi
tentang
bermacam-macam aturan hidup dan hukum penentu cara hidup pemeluknya),
Sutrantapitaka
(berisi tentang pokok-pokok wejangan Sang
Buddha), dan
Abdhidharmapitaka
(berisi tentang penjelasan dan kupasan
mengenai sosial beragama
atau
falsafah agama)., yang merupakan
peringatan
kelahiran, menerima bodhi, dan wafatnya Sang Buddha yang bertepatan
dengan
saat bulan purnama pada bulan Mei.
Agama
Buddha terbagi atas dua aliran. Pertama, Mahayana yang mengajarkan
bahwa
untuk mencapai Nirwana, setiap orang harus mengembangkan sikap
kebijaksanaan
dan sifat welas asih. Kedua, Hinayana yang mengajarkan bahwa untuk
mencapai
Nirwana, sangat bergantung pada usaha diri melakukan meditasi.
Agama
Buddha mencapai puncak kejayaannya pada zaman kekuasaan Raja Asoka
(273-232
SM) yang menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Tempat-tempat
suci
umat Buddha antara lain Bodh-Gaya, tempat bersemedi Sidharta Gautama.
3.
Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
dari India di Indonesia
sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari
hasil akulturasi yang ada di berbagai
bidang. Istilah yang tepat untuk menyebut
pengaruh agama dan budaya
Hindu-Buddha pada budaya Indonesia
menurut Prof. Dr. F.D.K. Bosch
disebut fecundation (penyuburan),
yaitu penyuburan budaya Indonesia
oleh
budaya Hindu-Buddha.
Hasil interaksi antara para pendatang dari
India
dengan penduduk Nusantara
menghasilkan sesuatu hal yang baru bagi
masyarakat Indonesia.
Beberapa
pengaruh Hindu-Buddha di antaranya sebagai
berikut:
a. Bidang Bahasa dan Aksara
Dengan datangnya pengaruh budaya India maka
dipergunakan
bahasa dari India, terutama bahasa Sanskerta
dan Pali. Walaupun
demikian, tidak berarti bahwa bahasa
Nusantara menjadi tersisih dan
punah. Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Melayu
Kuno tetap dipakai,
bahkan nantinya diperkaya dengan
istilah-istilah dari bahasa Sanskerta.
Dalam bidang aksara, penduduk Nusantara
mulai melek aksara
dengan dikenalnya aksara Pallawa dan Nagari (atau disebut
juga
Siddham). Dalam perkembangannya, para empu
Nusantara menciptakan
aksara baru yang disebut aksara Kawi (ada juga yang
menyebutnya
aksara Jawa Kuno).
b. Bidang Teknologi Bangunan
Sebelum datangnya pengaruh budaya India,
masyarakat
Nusantara membangun monumen punden
berundak sebagai
sarana untuk pemujaan kepada roh nenek
moyang. Pemujaan
kepada dewa/Bodisatwa di Nusantara
digunakan teknologi
pembuatan bangunan suci yang disebut candi,
petirtaan, dan
stupa.
Mula-mula bangunan candi sebagai tempat
pemujaan
kepada dewa dibangun sesuai dengan aturan
dalam Kitab
Silpasastra, bangunan
utama berada di tengah-tengah percandian.
Tetapi ketika pemujaan kepada leluhur
tampil kembali
dalam kepercayaan, bentuk candi pun
menyesuaikan diri,
kembali ke bangunan punden berundak,
bangunan utama
berada di bagian belakang dan bangunan
candi terlihat
bertingkat-tingkat. Hal ini terlihat pada
bangunan candi di Jawa
Timur. Bangunan candi mengalami
persesuaian dengan
bangunan punden berundak.
c. Bidang Agama
Sebelum mendapat pengaruh agama-agama dari
India,
penduduk
Nusantara telah memiliki kepercayaan animisme,
dinamisme,
animatisme, totemisme, dan fetisisme. Dengan
masuknya budaya India,
penduduk Nusantara secara berangsur-angsur
memeluk agama Hindu
dan Buddha, diawali oleh lapisan elite
para datu dan keluarganya.
Walaupun demikian, lapisan bawah terutama
di pedesaan masih banyak
yang tetap menganut kepercayaan asli
berupa pemujaan kepada nenek
moyang.
Dalam perkembangannya, agama Hindu dan
agama Buddha
berpadu menjadi agama Siwa Buddha. Bahkan
agama campuran ini
masih diwarnai dengan
kepercayaan-kepercayaan asli Nusantara. Bukti
pendukung tentang akulturasi agama ini
dapat dilihat dari dimasukkannya
dewa dewi asli Nusantara dalam susunan
para dewa Hindu, yaitu
Sang Hyang Tunggal dan Sang Hyang Wenang,
justru sebagai moyang
para dewa.
d. Bidang Seni
Pengaruh agama Hindu-Buddha juga terjadi
di bidang seni. Misalnya
dalam seni arca, relief, sastra, musik,
dan wayang. Berikut beberapa
contoh pengaruh dalam bidang seni:
1) Arca
Bangsa Indonesia belajar membuat arca dewa
dari budaya
India. Arca
Nusantara yang sederhana dikembangkan menjadi seni
arca yang secara kualitas lebih baik,
tetapi arca yang tampil adalah
arca dewa/perwujudan raja yang hidup.
Pembuatan arca yang
dinamis ini berlangsung sampai dengan
zaman Tumapel-Singasari.
Sejak zaman Tumapel-Singasari sampai zaman
Majapahit, arca
Nusantara sudah tampil beda, kaku seperti
mayat. Tahapan ini
menandai tampilnya kembali seni arca
prasejarah berkaitan dengan
pemujaan para leluhur. Terjadilah
akulturasi seni arca, arca dari
para dewa tetapi dengan penampilan kaku
seperti mayat karena
sekaligus menggambarkan leluhur yang sudah
di alam surga.
2)
Relief
Dengan datangnya pengaruh seni relief dari
India,
relief
yang terpahat pada candi-candi tampil
sebagai relief tinggi yang
khas Nusantara, menggambarkan suasana
Nusantara (bukan
gambaran versi India). Sejak zaman Tumapel-Singasari
tampil
gaya yang berbeda yaitu lebih menampilkan seni
relief
Nusantara asli, yaitu relief wayang yang
dipahat sebagai relief
rendah.
3) Musik
Sebelum kedatangan pengaruh India bangsa Indonesia
sudah memiliki tradisi musik yang tinggi.
Pada saat itu alat musik
yang berkembang antara lain nekara, kendang, kecer, dan
kemanak. Masuknya pengaruh India
menyebabkan penambahan
beberapa alat musik, di antaranya vina (gitar
bersenar tiga) dan harpa.
4)
Wayang
Budaya India juga berpengaruh pada wayang.
Wayang dan
musiknya (gamelan) merupakan kebudayaan
asli dari Nusantara
berkaitan dengan pemujaan kepada roh para
leluhur. Namun,
budaya India memperkaya wayang dengan
menyumbangkan
beragam cerita, yaitu dari epos
Mahabharata dan Ramayana. Jadi,
wayang dan gamelannya merupakan asli
Nusantara sementara
cerita yang dimainkannya berasal dari India. Dalam
wayang terdapat
pula aspek politik, yaitu penyampaian
kritik-kritik sosial. Wayang
dapat juga digunakan sebagai wadah
penyampaian hal-hal baru
yang tidak dapat diberikan secara
langsung.
e. Bidang Sastra
Sebelum masuknya pengaruh India, sastra
Nusantara berupa sastra
lisan. Dengan masuknya pengaruh sastra
dari India,
sejak zaman
Mataram sampai dengan zaman Majapahit awal
dikenal sastra tembang
yang disebut kakawin (ka-kawi-an).
Memasuki zaman Majapahit
pertengahan irama kakawin digeser oleh
irama kidung.
f. Bidang Penanggalan atau Kalender
Sebelum datangnya pengaruh budaya dari India,
Nusantara sudah
mengenal kalender dengan perhitungan satu
pekan terdiri atas 5 dan
7 hari dipakai bersama, setahun dibagi
atas 10 bulan serta perhitungan
pawukon. Dengan datangnya kalender versi India, kedua
kalender ini
dipadukan menjadi kalender Saka yang
dilengkapi dengan hari pasaran
(Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing),
serta wuku dan paringkelan.
3.
Perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Masuknya pengaruh budaya India, mengubah
sistem kemasyarakatan
yang telah ada. Golongan yang memegang
kekuasaan dahulunya adalah
ketua suku, ketua adat, dengan gelar datuk
atau ratu, dan raja. Pada saat
itu, pergantian pimpinan dilakukan
berdasarkan kelebihan kemampuan
seseorang dibanding yang lain. Hal ini
dikenal dengan istilah primus
interpares (yang pertama atau utama dari
sesamanya). Namun, dengan
adanya pengaruh India, pimpinan dipilih berdasarkan
keturunan atau
pertalian darah. Hubungan penguasa dengan
rakyatnya berdasarkan
kewibawaan dan kehormatan.
Selanjutnya, sistem pemerintahan diatur
oleh suatu sistem kerajaan.
Hubungan penguasa dengan kawula
berdasarkan hubungan yang
memerintah dengan yang diperintah.
Pergantian pimpinan berdasarkan
keturunan. Gelar penguasa disebut raja
atau maharaja.
Dalam sistem pemerintahan Hindu-Buddha di
Indonesia, raja tidak
memerintah dengan kekuasaan tunggal dan
mutlak seperti di India.
Namun,
sistem pemerintahannya terdiri atas
daerah-daerah yang diperintah oleh
rakai atau rakryan yang memiliki
otonomi cukup luas. Namun, para rakai
itu umumnya masih memiliki hubungan
keluarga dengan raja, baik itu
hubungan saudara (satu keturunan) maupun
melalui perkawinan.
Agar lebih jelas, kamu dapat menyimak
uraian perkembangan sistem
pemerintah pada kerajaan-kerajaan berikut
ini:
a. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu
tertua di Indonesia.
Kerajaan yang terletak di Kalimantan Timur
ini berdiri pada tahun 400
Masehi. Raja yang pertama Kundunga.
Pada masa Mulawarman, Kutai mengalami
kejayaan. Sang raja menaklukkan
wilayah-wilayah di sekitarnya untuk
memperluas kekuasaannya.
Mulawarman sangat dihormati oleh
rakyatnya.
Dengan diketemukannya prasasti Mulawarman maka
berakhirlah masa praaksara di Indonesia.
b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa
Barat, tepatnya di tepi
Sungai Cisadane (sekitar Bogor sekarang). Kerajaan ini berkembang
sekitar abad VI–VII Masehi. Kerajaan
Tarumanegara mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Raja
Purnawarman.
c. Kerajaan Mataram Kuno
Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah.
Menurut prasasti-prasasti
yang telah ditemukan, seperti prasasti
Canggal dan Mantyasih, Mataram
Kuno diperintah oleh Dinasti Sanjaya.
Namun, menurut prasasti
Hampran, Kalasan, dan Sojomerto, Dinasti
Syailendra-lah yang
memegang pemerintahan atas Kerajaan
Mataram Kuno.
d. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan bukti yang ditemukan dapat
disimpulkan
bahwa kerajaan ini berpusat di Palembang. Kerajaan ini
berdiri
pada abad VII Masehi. Balaputradewa
menjadi raja terbesar
di kerajaan ini. Di bawah pemerintahannya,
kerajaan ini
disegani berkat kekuatan armada lautnya.
e. Kerajaan Singasari
Menurut kitab Pararaton dan
Negarakertagama, pendiri
dan raja pertama Tumapel (Singasari)
adalah Ken Arok.
Keturunan Ken Arok yang berhasil membawa
Singasari
pada masa kejayaannya adalah Kertanegara.
f. Kerajaan Majapahit
Ketika Jayakatwang menghancurkan
Singasari, salah seorang
menantu Kertanegara, berhasil lolos.
Beliau adalah Sanggramawijaya
atau lebih dikenal sebagai Raden Wijaya. Prasasti
Sukamrta
menggambarkan kisah pelarian Raden Wijaya
dari kejaran pasukan
Jayakatwang hingga ke Madura menemui Aryya Wiraraja. Atas jaminan
Aryya Wiraraja, Raden Wijaya mendapat
pengampunan dari
Jayakatwang dan mendapat wilayah di hutan Tarik. Dengan
bantuan
orang-orang Madura, Raden Wijaya dan
pengikutnya mengubah hutan
itu menjadi kota yang ramai dengan nama Majapahit.
Sepeninggal pasukan Cina, Raden Wijaya
dinobatkan sebagai raja.
Dengan demikian, muncullah sebuah kerajaan
yang kelak memiliki luas
wilayah melebihi luas wilayah Indonesia
sekarang. Kerajaan itu bernama
Majapahit yang mencapai
puncaknya pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk. Beliau didampingi oleh mahapatih yang
sangat cakap bernama
Gajah Mada.
Perkembangan Islam di Indonesia
Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Indonesia bahkan
menjadi negara
berpenduduk dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia.
Sejarah Lahirnya Islam di Indonesia
Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama
ini lahir dan
berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama ini
lahir sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada
saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka
sudah tidak lagi
mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu
menyebabkan manusia
berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan,
perzinahan, dan
tindakan rendah lainnya merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena
penyebaran agama
baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad
kemudian pindah
(hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam
berkembang ke seluruh dunia.
Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan
Islam
dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting
dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam.
a. Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang
memegang
peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik
pedagang dari luar Indonesia maupun para pedagang Indonesia.
terjadi pembauran antar pedagang dari berbagai bangsa serta
antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling
memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan
perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat
pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang
umumnya beragama Islam. Mereka
mengenalkan agama dan budaya Islam kepada
para pedagang lain maupun kepada penduduk
setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia
yang memeluk agama Islam. Lamakelamaan
penganut agama Islam makin
banyak. Bahkan kemudian berkembang
perkampungan para pedagang Islam di daerah
pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk
agama Islam kemudian menyebarkan Islam
kepada sesama pedagang, juga kepada sanak
familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang
di masyarakat Indonesia.
b. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan
kapal-kapal
dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga
digunakan sebagai
tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara
kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia
memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang
penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh
menjadi kota
bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai,
Palembang, Banten,
Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik,
Banjarmasin, Gowa, Ternate,
dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam.
Akibatnya,
rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
c. Peranan Para Wali dan Ulama
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo
(9 wali). Wali
ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam
mendekatkan diri kepada
Allah.
Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi
gelar sunan atau
susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut
adalah seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang
pertama datang ke Jawa
pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik.
Dimakamkan di Gresik,
Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel,
Surabaya, Jawa Timur.
Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel.
Menyiarkan agama di sekitar
Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel.
Menyiarkan Islam di
Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan
Bonang. Menyiarkan
Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof.
Menyiarkan agama
dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu
Madura, Bawean,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode
bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa
Tengah. Seorang
ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng
Gunung Muria,
terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat
dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di
Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
1. Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim).
Beliau
keturunan Arab, berasal dari Turki. Datang ke
Jawa
Timur tahun 1379, meninggal tahun 1419, dan
dimakamkan
di Gresik. Selain menguasai ilmu-ilmu
agama
secara mendalam dan sempurna, Maulana Malik
Ibrahim juga ahli dalam bidang tata negara.
Penyebaran
Islam secara halus, tidak menentang adat
istiadat
penduduk asli yang masih memeluk agama
Hindu
ataupun Buddha. Beliau melakukan dakwah di
Pulau
Jawa bagian timur.
Sunan
Ampel berasal dari Jeumpa, Aceh, dengan nama
kecil
Raden Ahmad Ali Rahmatullah atau lebih dikenal
dengan
Raden Rahmat. Beliau datang ke Jawa pada
tahun
1421 M, menggantikan Maulana Malik Ibrahim
yang
wafat tahun 1419 M.
Beliau
mendirikan pesantren di Ampel Denta, Surabaya.
Sunan
Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung
Demak
pada tahun 1479 dan merupakan salah seorang
perencana
berdirinya Kerajaan Islam Demak. Sunan
Ampel
dimakamkan di Ampel Surabaya.
Sunan
Drajad adalah putra Sunan Ampel, lahir di Surabaya,
dengan
nama kecil Raden osim. Beliau pencipta Gending
Pangkur,
dan penyebar Islam yang berjiwa sosial dan dermawan.
Sunan
Drajad dimakamkan di daerah Lamongan.
Sunan
Bonang adalah putra Sunan Ampel, lahir di Surabaya
tahun
1465, dengan nama kecil Raden Makdum.
Sunan
Bonang wafat tahun 1525, dimakamkan di Tuban.
Beliau pencipta Gending Durma.
Syekh
Maulana Ainul akin, dengan nama kecilnya Raden
Paku,
adalah putra Syekh Maulana Ishak yang mendirikan
pesantren di Giri.
latihan IPS
berkembang di ...
2. Pendirinya ialah...
3. Agama ini lahir sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang...
4. Islam mulai disiarkan sekitar tahun...
5. Pedagang yang beragama Islam umumnya berasal dari ...
6. tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang disebut ...
7.Dalam perkembangannya, bandar-bandar umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti ...
8. Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh ...
9. Kesembilan wali tersebut adalah...
10. Nama asli dari Sunan Kalijaga adalah...
Peta, Atlas, dan Globe
A. Peta
1. Pengertian Peta
Peta adalah gambar
bagian permukaan bumi pada bidang datar. Pada peta bukan
saja wilayah
daerahmu yang dapat diketahui, tetapi wilayah negara
Indonesia pun bisa
diketahui secara mendetail. Bahkan, peta dunia
tempat hidup semua
suku bangsa dengan aneka ragam budaya dan
bahasa pun bisa
diketahui secara mendetail pula.
2. Syarat Peta
Ada beberapa hal
pada peta yang harus terpenuhi, antara lain: judul, skala, arah mata angin,
keterangan atau legenda, dan garis lintang serta garis bujur.
a. Judul
Judul pada peta
menunjukkan wilayah, daerah, negara mana yang
terdapat dalam
gambar tersebut, ditulis harus jelas dan sesuai antara
judul serta gambaran
wilayahnya.
b. Skala
Ada dua macam bentuk
skala, yaitu:
1) Skala berbentuk
angka atau pecahan yang ditulis mendatar,
misalnya 1:1.000.000
menunjukkan 1 cm di peta sama dengan
1.000.000 cm di
lapangan. Artinya, jarak antara dua titik pada
peta sama dengan
satu per sejuta dari jarak kenampakan di
lapangan. Makin
besar angka pembagi atau penyebut pecahan
itu, berarti makin
kecil skala peta.
2) Skala dinyatakan
juga dengan garis, misalnya:
Artinya, jarak 0-10
atau 12-20 pada peta sama dengan jarak 10
km di lapangan.
Makin panjang potongan garis itu, makin besar
skala peta tersebut.
c. Arah Mata
Angin/Orientasi
Arah yang
ditunjukkan dengan gambar panah lazimnya arah utara
yang digambarkan
dengan panah ditambah huruf (U) di ujungnya. Yang
lazim pula arah utara
adalah arah atas di peta. Ada juga peta yang arah
utaranya tidak tepat
di atas.
d. Keterangan atau
Legenda
Pada legenda
terdapat keterangan mengenai bagian-bagian yang
dilukiskan pada
peta. Macam-macam warna menunjukkan kedalaman
laut dan ketinggian
darat dari permukaan laut. Macam-macam garis
digunakan untuk
membedakan jalan raya, jalan kereta api, dan batas
wilayah (negara,
provinsi, kabupaten, dan sebagainya). Simbol-simbol
digunakan untuk
menunjukkan ibukota, kota besar, kampung, gunung,
daerah hutan,
permukiman, pesawahan, dan sebagainya. Legenda
dibuat sesuai dengan
keperluan.
e. Garis Lintang
dan Garis Bujur
Garis lintang pada
peta dimulai dari garis khatulistiwa yang diberi
tanda 0°. Garis khatulistiwa memisahkan belahan bumi utara dengan
belahan bumi
selatan. Garis-garis lintang yang lain sejajar dengan
khatulistiwa. Oleh
karena itu, garis itu dinamakan juga garis paralel
(sejajar). Garis
lintang di belahan utara dinamakan Lintang Utara (LU),
dari 1° LU - 90° LU
(kutub utara = KU). Di belahan selatan dinamakan
Lintang Selatan
(LS), dari 1° LS - 90° LS (kutub selatan = KS).
Garis bujur
(meridian) pada peta berbentuk garis lurus atau
lengkung dari utara
ke selatan. Garis bujur yang melalui Kota Greenwich
dekat London
ditetapkan sebagai garis bujur 0°.
Di sebelah timur garis
0° adalah Bujur Timur dan di sebelah baratnya adalah Bujur
Barat,
kedua garis bujur
itu sampai 180°.
3. Jenis Peta
Bedasarkan skala
peta dapat dibedakan atas:
a. Peta skala besar,
skala di atas 1 : 250.000
b. Peta skala
sedang, skala 1 : 250.00 - 1 : 500.000 dan
c. Peta skala kecil,
skala di bawah 1 : 500.000.
Selain itu, ada juga
peta dengan skala lebih besar dari 1:500.000,
yaitu peta kadaster.
Peta berskala besar digunakan untuk menggambarkan
lahan perumahan atau
peta topografi. Peta lain yang
berskala lebih kecil
dari 1:1.000.000, yaitu peta geografi yang sering
ditemukan di dalam
atlas.
Berdasarkan isi
peta, peta dapat dibedakan menjadi:
a. Peta umum, yaitu
peta yang berisi berbagai kenampakan secara
umum. Misalnya, peta
dunia atau peta Indonesia yang melukiskan
permukaan bumi
secara umum.
b. Peta khusus, yaitu peta yang
menggambarkan sekelompok
kenampakan tertentu. Contohnya,
peta politik (batas negara,
provinsi), peta persebaran barang
tambang (berisi simbol
bermacam-macam barang tambang),
dan peta pariwisata (berisi
kota-kota wisata serta
jalan-jalan menuju ke kota tersebut).
c. Peta teknis, peta ini umumnya
digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan tertentu.
Peta ini berskala besar dengan
ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan peta lain, biasanya
peta jenis ini ada hubungan
dengan pembangunan jembatan,
jalan raya, pembangunan gedung
atau perumahan/bidang
perumahan.
4. Manfaat Peta
Aryono Prihandito dalam bukunya
Kartografi, membedakan fungsi
peta menjadi empat, yaitu:
a) Menunjukkan posisi atau
lokasi relatif. Peta berfungsi untuk
menunjukkan letak suatu tempat
berdasarkan titik acuan tertentu
di muka bumi.
b) Menunjukkan jarak antarkota
atau luas daerah di muka bumi.
c) Memperlihatkan bentuk atau
dimensi kenampakan tertentu,
seperti aliran sungai dan gunung
dapat terlihat di dalam peta.
d) Mengumpulkan dan menyeleksi
data-data dari suatu daerah dan
menyajikannya di dalam peta.
Dalam penyajiannya, simbol-simbol
digunakan sebagai wakil dari
data-data tersebut. Dalam hal ini,
Kartografer dapat menganggap
simbol tersebut dimengerti oleh
pemakai peta.
5. Cara Memperbesar dan Memperkecil Peta
Dalam penggunaannya,
peta dapat diperbesar atau diperkecil
berdasarkan
keperluan penggunanya. Memperbesar atau memperkecil
sebuah peta dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Cara Fotografis
Cara ini dilakukan
dengan mengubah skalanya dengan mengubah
fokus kamera yang
digunakan.
b. Cara Mengubah Skalanya
Contoh, apabila peta
diperbesar N kali, maka skala pada peta
yang baru berubah
menjadi 1 dibanding skala peta asli dibagi bilangan
N. Misalnya, apabila
skala pada peta asli 1:1.000.000 kemudian
diperbesar 2 kali,
maka skala pada peta yang baru akan berubah menjadi
1:1.000.000 : 2 =
1:100.500.
B. Atlas
1. Pengertian Atlas
Atlas adalah
kumpulan peta yang dibuat dalam bentuk buku.
Atlas yang baik
mudah dimengerti dan tidak membingungkan bagi
pengguna. Agar atlas
menjadi baik paling tidak memuat komponen-komponen
berikut ini.
a. Judul Atlas
Judul atlas
diletakkan di halaman sampul dan harus berhubungan
dengan isi atlas.
Sebagai contoh, atlas Indonesia karena judulnya „Atlas
Indonesia‰, maka
atlas tersebut antara lain memuat peta provinsiprovinsi
di Indonesia.
b. Tahun Pembuatan
Atlas
Tahun pembuatan
atlas yang berbeda akan menyajikan informasi
yang berbeda pula,
terutama yang berhubungan dengan data yang
sifatnya dinamis.
Tahun pembuatan atlas biasanya ditulis setelah nama
penerbit, misalnya
Atlas Nusantara, diterbitkan oleh PT XYZ, 2000.
c. Daftar Isi
Daftar isi
menunjukkan judul-judul peta dan halamannya yang
ada dalam atlas.
Daftar isi memudahkan pengguna dalam mencari
peta yang
dibutuhkan.
d. Legenda
(Kumpulan Simbol Peta)
Legenda digunakan
untuk menunjukkan arti simbol yang
digunakan pada peta.
Legenda biasanya diletakkan di halaman awal
sebelum peta-peta
pokok.
e. Indeks
Indeks berguna untuk
memudahkan dalam mencari letak sebuah
kota, gunung, pulau,
sungai atau unsur-unsur geografi yang lain. Unsurunsur
geografi tersebut
disusun dalam kelompok-kelompok tertentu,
misalnya ada
kelompok kota, kelompok gunung, kelompok pulau, kelompok
danau, dan kelompok
laut. Akan tetapi, ada pula penulisan nama-nama
unsur geografi
tersebut diurutkan sesuai dengan abjadnya.
2. Jenis Atlas
Jenis atlas
bergantung dari isi atlas, yaitu isi dari segi peta yang
ditampilkan.
Berdasarkan jenisnya, atlas dibagi menjadi tiga, yaitu atlas
umum, khusus, dan
semesta.
a. Atlas Umum
Atlas jenis ini
memberikan informasi secara umum tentang objek
geografi di
permukaan bumi. Termasuk dalam jenis atlas umum, yaitu:
1) Atlas dunia,
memaparkan keadaan benua-benua di seluruh dunia.
2) Atlas nasional,
memaparkan keadaan suatu negara.
b. Atlas Khusus
Atlas jenis ini
memberikan satu jenis informasi saja sesuai dengan
judulnya. Contoh
atlas jenis khusus, yaitu:
1) Atlas sejarah,
memaparkan peristiwa-peristiwa sejarah.
2) Atlas geologi,
memaparkan keadaan geologi atau batuan.
c. Atlas Semesta
Atlas jenis ini
memaparkan keadaan semesta, antara lain:
berhubungan dengan
tata surya, galaksi, perbintangan, dan peredaran
benda angkasa.
3. Penggunaan Atlas
Atlas dapat
digunakan untuk keperluan, antara lain:
a. Mencari letak
suatu objek geografi, misalnya: negara, provinsi,
dan kota.
b. Mencari informasi
tentang keadaan sosial dan ekonomi suatu
daerah atau negara.
Misalnya, yang berhubungan dengan hasil
bumi dan kepadatan
penduduk.
c. Mencari informasi
tentang keadaan budaya, misalnya yang
berhubungan dengan
pendidikan dan persebaran benda sejarah.
C. Globe
Bumi yang begitu
besarnya bisa dibuatkan tiruannya oleh manusia.
Sekarang, apa tiruan
bumi itu?
1. Pengertian Globe
Globe, artinya
tiruan bola bumi yang diperkecil supaya dapat
menggambarkan bentuk
bumi yang sebenarnya. Seperti pada peta dan
atlas, garis bujur
dan lintang pun terdapat di dalam globe, juga terdapat
garis ekuator dan
garis khatulistiwa yang membagi bola bumi menjadi
dua bagian, yaitu
utara dan selatan.
2. Cara Penempatan Globe
Agar kita
mendapatkan informasi yang sebenarnya dari globe,
maka pemasangan
globe yang benar adalah dengan cara diletakkan
miring membentuk
sudut sebesar 66 —° terhadap bidang ekliptika
dan bidang ekuator
langit membentuk sudut 23 —°.
Pemasangan yang
demikian itu
menunjukkan posisi sumbu bumi yang sebenarnya.
3. Kegunaan Globe
Seperti halnya peta
dan atlas, globe pun memiliki beberapa fungsi
dan kegunaan, di
antaranya adalah:
a) Menggambarkan
atau memproyeksikan bentuk bumi yang
sebenarnya dan dapat
memperlihatkan permukaannya secara
utuh.
b) Dapat dengan mudah
memperagakan terjadinya siang dan malam
dengan bantuan sinar
dari senter.
c) Dapat dengan
mudah memperagakan terjadinya rotasi bumi.
d) Membandingkan
perbedaan daerah waktu di bumi dengan
pertolongan garis
bujur.
e) Menunjukkan
sistem pembagian garis lintang dan garis bujur serta
besarnya lingkaran
garis lintang.
f) Menggambarkan
dengan mudah kedudukan bumi dalam
hubungannya dengan
matahari dan bulan.
4. Mencari Informasi Geografi dari Globe
Tujuan mencari
informasi geografi dari globe, yaitu:
a) untuk menunjukkan
lokasi dan tempat yang telah diketahui melalui
garis lintang dan
garis bujur;
b) untuk mengetahui
perbedaan iklim suatu daerah melalui garis
lintang;
c) untuk mengetahui
perbedaan waktu suatu daerah melalui garis
bujur; dan
d) untuk mengetahi
gambaran mengenai terbit dan tenggelamnya
matahari.