Staf Guru

descriptions.

Siswa Dasar

descriptions.

Siswa Berprestasi

descriptions.

Kegiatan Siswa

descriptions.

Wednesday, 29 January 2014

IPS



Hindu-Buddha dan Perkembangannya di Indonesia
Hindu-Buddha merupakan dua agama yang berasal dari satu negara berpenduduk
padat di dunia, India.
1. Agama Hindu
Agama Hindu berasal dari India.
Sumber ajaran agama Hindu terdapat dalam kitab suci Weda (terdiri atas empat
kitab), Brahmana (merupakan tafsir dari kitab Weda), dan Upanisad (memuat dasar-dasar
filsafat hubungan antara manusia dan TUHAN). Kata weda berasal dari kata vid
artinya tahu. Weda atau veda berarti pengetahuan suci.
Dewa-dewa utama dalam ajaran Hindu ialah Dewa Trimurti (kesatuan dari tiga
dewa). Ketiga dewa tersebut ialah:
(1) Dewa Brahma. Brahma bertugas menciptakan alam semesta dan mengatur segala
peristiwa di dunia. Kendaraannya berupa angsa.
(2) Dewa Wisnu. Wisnu bertugas memelihara alam semesta. Kendaraannya berupa
seekor burung garuda.
 (3) Dewa Syiwa. Syiwa bertugas sebagai perusak semua yang tidak lagi berguna di alam. Kendaraannya seekor lembu.

Dalam masyarakat Hindu, dikenal lima kasta atau kelas, yaitu:
(1) Brahmana: terdiri atas pemimpin agama atau pendeta
(2) Ksatria: terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya, serta prajuritprajuritnya
(3) Waisya: terdiri atas pengusaha dan pedagang
(4) Sudra: terdiri atas para petani dan pekerja kasar
(5) Paria: terdiri atas gelandangan (orang yang haram untuk disentuh)





Tempat suci umat Hindu antara lain kota Benares yang dianggap sebagai tempat
bersemayamnya Dewa Syiwa. Sungai Gangga dianggap keramat dan suci karena air Sungai
Gangga dianggap dapat mensucikan abu jenazah yang dibuang ke dalamnya. Hari raya
umat Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi, dan Siwaratri.

2. Agama Buddha
Agama Buddha juga berasal dari India. Agama ini timbul sebagai reaksi masyarakat
terhadap peran kaum Brahmana yang dianggap terlalu berlebihan dalam menjalankan
tugas dan fungsi mereka. Agama ini didasarkan pada ajaran Sidharta Gautama. Sidharta Gautama digelari Sang Buddha (orang yang mendapat pencerahan) karena ia mendapat
penerangan yang sempurna setelah bertapa di tengah hutan.
Agama Buddha tidak mengakui pembagian kasta dalam masyarakat. Menurut ajaran
Buddha, setiap orang punya hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan
asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga bebas dari samsara. Penderitaan dapat
dihentikan dengan cara menindas trisna (nafsu). Nafsu dapat ditindas melalui delapan jalan
(astavidha), yaitu pandangan (ajaran) yang benar, niat atau sikap yang benar, berbicara
yang benar, berbuat atau bertingkah laku yang benar, penghidupan yang benar, berusaha
yang benar, memerhatikan hal-hal yang benar, dan bersemedi yang benar.
Pemeluk agama Buddha wajib melaksanakan tiga ikrar (Tri Ratna), yaitu:
berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma (ajaran) agama Buddha, dan
berlindung kepada Sanggha (perkumpulan) masyarakat pemeluk agama Buddha.
Umat Buddha merayakan Hari Raya Triwaisak.

Kitab suci agama Buddha ialah Tripitaka (Tiga Keranjang) yang terdiri atas Vinayapitaka (berisi
tentang bermacam-macam aturan hidup dan hukum penentu cara hidup pemeluknya),
Sutrantapitaka (berisi tentang pokok-pokok wejangan Sang Buddha), dan
Abdhidharmapitaka (berisi tentang penjelasan dan kupasan mengenai sosial beragama
atau falsafah agama)., yang merupakan
peringatan kelahiran, menerima bodhi, dan wafatnya Sang Buddha yang bertepatan
dengan saat bulan purnama pada bulan Mei.
Agama Buddha terbagi atas dua aliran. Pertama, Mahayana yang mengajarkan
bahwa untuk mencapai Nirwana, setiap orang harus mengembangkan sikap
kebijaksanaan dan sifat welas asih. Kedua, Hinayana yang mengajarkan bahwa untuk
mencapai Nirwana, sangat bergantung pada usaha diri melakukan meditasi.
Agama Buddha mencapai puncak kejayaannya pada zaman kekuasaan Raja Asoka
(273-232 SM) yang menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Tempat-tempat
suci umat Buddha antara lain Bodh-Gaya, tempat bersemedi Sidharta Gautama.



3. Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dari India di Indonesia
sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari hasil akulturasi yang ada di berbagai
bidang. Istilah yang tepat untuk menyebut pengaruh agama dan budaya
Hindu-Buddha pada budaya Indonesia menurut Prof. Dr. F.D.K. Bosch
disebut fecundation (penyuburan), yaitu penyuburan budaya Indonesia oleh
budaya Hindu-Buddha.
Hasil interaksi antara para pendatang dari India dengan penduduk Nusantara
menghasilkan sesuatu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Beberapa
pengaruh Hindu-Buddha di antaranya sebagai berikut:
a. Bidang Bahasa dan Aksara
Dengan datangnya pengaruh budaya India maka dipergunakan
bahasa dari India, terutama bahasa Sanskerta dan Pali. Walaupun
demikian, tidak berarti bahwa bahasa Nusantara menjadi tersisih dan
punah. Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Melayu Kuno tetap dipakai,
bahkan nantinya diperkaya dengan istilah-istilah dari bahasa Sanskerta.
Dalam bidang aksara, penduduk Nusantara mulai melek aksara
dengan dikenalnya aksara Pallawa dan Nagari (atau disebut juga
Siddham). Dalam perkembangannya, para empu Nusantara menciptakan
aksara baru yang disebut aksara Kawi (ada juga yang menyebutnya
aksara Jawa Kuno).
b. Bidang Teknologi Bangunan
Sebelum datangnya pengaruh budaya India, masyarakat
Nusantara membangun monumen punden berundak sebagai
sarana untuk pemujaan kepada roh nenek moyang. Pemujaan
kepada dewa/Bodisatwa di Nusantara digunakan teknologi
pembuatan bangunan suci yang disebut candi, petirtaan, dan
stupa.
Mula-mula bangunan candi sebagai tempat pemujaan
kepada dewa dibangun sesuai dengan aturan dalam Kitab
Silpasastra, bangunan utama berada di tengah-tengah percandian.
Tetapi ketika pemujaan kepada leluhur tampil kembali
dalam kepercayaan, bentuk candi pun menyesuaikan diri,
kembali ke bangunan punden berundak, bangunan utama
berada di bagian belakang dan bangunan candi terlihat
bertingkat-tingkat. Hal ini terlihat pada bangunan candi di Jawa
Timur. Bangunan candi mengalami persesuaian dengan
bangunan punden berundak.
c. Bidang Agama
Sebelum mendapat pengaruh agama-agama dari India, penduduk
Nusantara telah memiliki kepercayaan animisme, dinamisme,
animatisme, totemisme, dan fetisisme. Dengan masuknya budaya India,
penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu
dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para datu dan keluarganya.
Walaupun demikian, lapisan bawah terutama di pedesaan masih banyak
yang tetap menganut kepercayaan asli berupa pemujaan kepada nenek
moyang.
Dalam perkembangannya, agama Hindu dan agama Buddha
berpadu menjadi agama Siwa Buddha. Bahkan agama campuran ini
masih diwarnai dengan kepercayaan-kepercayaan asli Nusantara. Bukti
pendukung tentang akulturasi agama ini dapat dilihat dari dimasukkannya
dewa dewi asli Nusantara dalam susunan para dewa Hindu, yaitu
Sang Hyang Tunggal dan Sang Hyang Wenang, justru sebagai moyang
para dewa.
d. Bidang Seni
Pengaruh agama Hindu-Buddha juga terjadi di bidang seni. Misalnya
dalam seni arca, relief, sastra, musik, dan wayang. Berikut beberapa
contoh pengaruh dalam bidang seni:
1) Arca
Bangsa Indonesia belajar membuat arca dewa dari budaya
India. Arca Nusantara yang sederhana dikembangkan menjadi seni
arca yang secara kualitas lebih baik, tetapi arca yang tampil adalah
arca dewa/perwujudan raja yang hidup. Pembuatan arca yang
dinamis ini berlangsung sampai dengan zaman Tumapel-Singasari.
Sejak zaman Tumapel-Singasari sampai zaman Majapahit, arca
Nusantara sudah tampil beda, kaku seperti mayat. Tahapan ini
menandai tampilnya kembali seni arca prasejarah berkaitan dengan
pemujaan para leluhur. Terjadilah akulturasi seni arca, arca dari
para dewa tetapi dengan penampilan kaku seperti mayat karena
sekaligus menggambarkan leluhur yang sudah di alam surga.
2) Relief
Dengan datangnya pengaruh seni relief dari India, relief
yang terpahat pada candi-candi tampil sebagai relief tinggi yang
khas Nusantara, menggambarkan suasana Nusantara (bukan
gambaran versi India). Sejak zaman Tumapel-Singasari tampil
gaya yang berbeda yaitu lebih menampilkan seni relief
Nusantara asli, yaitu relief wayang yang dipahat sebagai relief
rendah.
3) Musik
Sebelum kedatangan pengaruh India bangsa Indonesia
sudah memiliki tradisi musik yang tinggi. Pada saat itu alat musik
yang berkembang antara lain nekara, kendang, kecer, dan
kemanak. Masuknya pengaruh India menyebabkan penambahan
beberapa alat musik, di antaranya vina (gitar
bersenar tiga) dan harpa.
4) Wayang
Budaya India juga berpengaruh pada wayang. Wayang dan
musiknya (gamelan) merupakan kebudayaan asli dari Nusantara
berkaitan dengan pemujaan kepada roh para leluhur. Namun,
budaya India memperkaya wayang dengan menyumbangkan
beragam cerita, yaitu dari epos Mahabharata dan Ramayana. Jadi,
wayang dan gamelannya merupakan asli Nusantara sementara
cerita yang dimainkannya berasal dari India. Dalam wayang terdapat
pula aspek politik, yaitu penyampaian kritik-kritik sosial. Wayang
dapat juga digunakan sebagai wadah penyampaian hal-hal baru
yang tidak dapat diberikan secara langsung.
e. Bidang Sastra
Sebelum masuknya pengaruh India, sastra Nusantara berupa sastra
lisan. Dengan masuknya pengaruh sastra dari India, sejak zaman
Mataram sampai dengan zaman Majapahit awal dikenal sastra tembang
yang disebut kakawin (ka-kawi-an). Memasuki zaman Majapahit
pertengahan irama kakawin digeser oleh irama kidung.
f. Bidang Penanggalan atau Kalender
Sebelum datangnya pengaruh budaya dari India, Nusantara sudah
mengenal kalender dengan perhitungan satu pekan terdiri atas 5 dan
7 hari dipakai bersama, setahun dibagi atas 10 bulan serta perhitungan
pawukon. Dengan datangnya kalender versi India, kedua kalender ini
dipadukan menjadi kalender Saka yang dilengkapi dengan hari pasaran
(Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing), serta wuku dan paringkelan.
3. Perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Masuknya pengaruh budaya India, mengubah sistem kemasyarakatan
yang telah ada. Golongan yang memegang kekuasaan dahulunya adalah
ketua suku, ketua adat, dengan gelar datuk atau ratu, dan raja. Pada saat
itu, pergantian pimpinan dilakukan berdasarkan kelebihan kemampuan
seseorang dibanding yang lain. Hal ini dikenal dengan istilah primus
interpares (yang pertama atau utama dari sesamanya). Namun, dengan
adanya pengaruh India, pimpinan dipilih berdasarkan keturunan atau
pertalian darah. Hubungan penguasa dengan rakyatnya berdasarkan
kewibawaan dan kehormatan.
Selanjutnya, sistem pemerintahan diatur oleh suatu sistem kerajaan.
Hubungan penguasa dengan kawula berdasarkan hubungan yang
memerintah dengan yang diperintah. Pergantian pimpinan berdasarkan
keturunan. Gelar penguasa disebut raja atau maharaja.
Dalam sistem pemerintahan Hindu-Buddha di Indonesia, raja tidak
memerintah dengan kekuasaan tunggal dan mutlak seperti di India. Namun,
sistem pemerintahannya terdiri atas daerah-daerah yang diperintah oleh
rakai atau rakryan yang memiliki otonomi cukup luas. Namun, para rakai
itu umumnya masih memiliki hubungan keluarga dengan raja, baik itu
hubungan saudara (satu keturunan) maupun melalui perkawinan.
Agar lebih jelas, kamu dapat menyimak uraian perkembangan sistem
pemerintah pada kerajaan-kerajaan berikut ini:
a. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Kerajaan yang terletak di Kalimantan Timur ini berdiri pada tahun 400
Masehi. Raja yang pertama Kundunga.
Pada masa Mulawarman, Kutai mengalami kejayaan. Sang raja menaklukkan
wilayah-wilayah di sekitarnya untuk memperluas kekuasaannya.
Mulawarman sangat dihormati oleh rakyatnya.
 Dengan diketemukannya prasasti Mulawarman maka
berakhirlah masa praaksara di Indonesia.
b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa Barat, tepatnya di tepi
Sungai Cisadane (sekitar Bogor sekarang). Kerajaan ini berkembang
sekitar abad VI–VII Masehi. Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman.
c. Kerajaan Mataram Kuno
Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah. Menurut prasasti-prasasti
yang telah ditemukan, seperti prasasti Canggal dan Mantyasih, Mataram
Kuno diperintah oleh Dinasti Sanjaya. Namun, menurut prasasti
Hampran, Kalasan, dan Sojomerto, Dinasti Syailendra-lah yang
memegang pemerintahan atas Kerajaan Mataram Kuno.
d. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan bukti yang ditemukan dapat disimpulkan
bahwa kerajaan ini berpusat di Palembang. Kerajaan ini berdiri
pada abad VII Masehi. Balaputradewa menjadi raja terbesar
di kerajaan ini. Di bawah pemerintahannya, kerajaan ini
disegani berkat kekuatan armada lautnya.
e. Kerajaan Singasari
Menurut kitab Pararaton dan Negarakertagama, pendiri
dan raja pertama Tumapel (Singasari) adalah Ken Arok.
Keturunan Ken Arok yang berhasil membawa Singasari
pada masa kejayaannya adalah Kertanegara.
f. Kerajaan Majapahit
Ketika Jayakatwang menghancurkan Singasari, salah seorang
menantu Kertanegara, berhasil lolos. Beliau adalah Sanggramawijaya
atau lebih dikenal sebagai Raden Wijaya. Prasasti Sukamrta
menggambarkan kisah pelarian Raden Wijaya dari kejaran pasukan
Jayakatwang hingga ke Madura menemui Aryya Wiraraja. Atas jaminan
Aryya Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari
Jayakatwang dan mendapat wilayah di hutan Tarik. Dengan bantuan
orang-orang Madura, Raden Wijaya dan pengikutnya mengubah hutan
itu menjadi kota yang ramai dengan nama Majapahit.
Sepeninggal pasukan Cina, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja.
Dengan demikian, muncullah sebuah kerajaan yang kelak memiliki luas
wilayah melebihi luas wilayah Indonesia sekarang. Kerajaan itu bernama
Majapahit yang mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk. Beliau didampingi oleh mahapatih yang sangat cakap bernama
Gajah Mada.






Perkembangan Islam di Indonesia


Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Indonesia bahkan menjadi negara
berpenduduk dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia.

Sejarah Lahirnya Islam di Indonesia
Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan
berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama ini lahir sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi
mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia
berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan
tindakan rendah lainnya merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama
baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah
(hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan Islam
dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad.

Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam.

a. Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang
peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia maupun para pedagang Indonesia.
terjadi pembauran antar pedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat
pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang
umumnya beragama Islam. Mereka
mengenalkan agama dan budaya Islam kepada
para pedagang lain maupun kepada penduduk
setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia
yang memeluk agama Islam. Lamakelamaan
penganut agama Islam makin
banyak. Bahkan kemudian berkembang
perkampungan para pedagang Islam di daerah
pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk
agama Islam kemudian menyebarkan Islam
kepada sesama pedagang, juga kepada sanak
familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang
di masyarakat Indonesia.

b. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal
dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai
tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota
bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten,
Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate,
dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam. Akibatnya,
rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.

c. Peranan Para Wali dan Ulama
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali
ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada
Allah.
Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau
susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa
pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik,
Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar
Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di
Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan
Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama
dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang
ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria,
terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.



Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim).

Beliau keturunan Arab, berasal dari Turki. Datang ke
Jawa Timur tahun 1379, meninggal tahun 1419, dan
dimakamkan di Gresik. Selain menguasai ilmu-ilmu
agama secara mendalam dan sempurna, Maulana Malik
Ibrahim juga ahli dalam bidang tata negara.
Penyebaran Islam secara halus, tidak menentang adat
istiadat penduduk asli yang masih memeluk agama
Hindu ataupun Buddha. Beliau melakukan dakwah di
Pulau Jawa bagian timur.
Sunan Ampel berasal dari Jeumpa, Aceh, dengan nama
kecil Raden Ahmad Ali Rahmatullah atau lebih dikenal
dengan Raden Rahmat. Beliau datang ke Jawa pada
tahun 1421 M, menggantikan Maulana Malik Ibrahim
yang wafat tahun 1419 M.
Beliau mendirikan pesantren di Ampel Denta, Surabaya.
Sunan Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung
Demak pada tahun 1479 dan merupakan salah seorang
perencana berdirinya Kerajaan Islam Demak. Sunan
Ampel dimakamkan di Ampel Surabaya.
Sunan Drajad adalah putra Sunan Ampel, lahir di Surabaya,
dengan nama kecil Raden osim. Beliau pencipta Gending
Pangkur, dan penyebar Islam yang berjiwa sosial dan dermawan.
Sunan Drajad dimakamkan di daerah Lamongan.
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, lahir di Surabaya
tahun 1465, dengan nama kecil Raden Makdum.
Sunan Bonang wafat tahun 1525, dimakamkan di Tuban.
Beliau pencipta Gending Durma.
Syekh Maulana Ainul akin, dengan nama kecilnya Raden
Paku, adalah putra Syekh Maulana Ishak yang mendirikan
pesantren di Giri.


latihan IPS

1. Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan
berkembang di ...
2. Pendirinya ialah...
3. Agama ini lahir sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang...
4. Islam mulai disiarkan sekitar tahun...
5. Pedagang yang beragama Islam umumnya berasal dari ...
6. tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang  disebut ...
7.Dalam perkembangannya, bandar-bandar umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti ...
8. Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh ...
9. Kesembilan wali tersebut adalah...
10. Nama asli dari Sunan Kalijaga adalah... 




Peta, Atlas, dan Globe

A.  Peta

1. Pengertian Peta
Peta adalah gambar bagian permukaan bumi pada bidang datar. Pada peta bukan
saja wilayah daerahmu yang dapat diketahui, tetapi wilayah negara
Indonesia pun bisa diketahui secara mendetail. Bahkan, peta dunia
tempat hidup semua suku bangsa dengan aneka ragam budaya dan
bahasa pun bisa diketahui secara mendetail pula.
2. Syarat Peta
Ada beberapa hal pada peta yang harus terpenuhi, antara lain: judul, skala, arah mata angin, keterangan atau legenda, dan garis lintang serta garis bujur.
a. Judul
Judul pada peta menunjukkan wilayah, daerah, negara mana yang
terdapat dalam gambar tersebut, ditulis harus jelas dan sesuai antara
judul serta gambaran wilayahnya.
b. Skala
Ada dua macam bentuk skala, yaitu:
1) Skala berbentuk angka atau pecahan yang ditulis mendatar,
misalnya 1:1.000.000 menunjukkan 1 cm di peta sama dengan
1.000.000 cm di lapangan. Artinya, jarak antara dua titik pada
peta sama dengan satu per sejuta dari jarak kenampakan di
lapangan. Makin besar angka pembagi atau penyebut pecahan
itu, berarti makin kecil skala peta.
2) Skala dinyatakan juga dengan garis, misalnya:
Artinya, jarak 0-10 atau 12-20 pada peta sama dengan jarak 10
km di lapangan. Makin panjang potongan garis itu, makin besar
skala peta tersebut.
c. Arah Mata Angin/Orientasi
Arah yang ditunjukkan dengan gambar panah lazimnya arah utara
yang digambarkan dengan panah ditambah huruf (U) di ujungnya. Yang
lazim pula arah utara adalah arah atas di peta. Ada juga peta yang arah
utaranya tidak tepat di atas.
d. Keterangan atau Legenda
Pada legenda terdapat keterangan mengenai bagian-bagian yang
dilukiskan pada peta. Macam-macam warna menunjukkan kedalaman
laut dan ketinggian darat dari permukaan laut. Macam-macam garis
digunakan untuk membedakan jalan raya, jalan kereta api, dan batas
wilayah (negara, provinsi, kabupaten, dan sebagainya). Simbol-simbol
digunakan untuk menunjukkan ibukota, kota besar, kampung, gunung,
daerah hutan, permukiman, pesawahan, dan sebagainya. Legenda
dibuat sesuai dengan keperluan.
e. Garis Lintang dan Garis Bujur
Garis lintang pada peta dimulai dari garis khatulistiwa yang diberi
tanda 0°. Garis khatulistiwa memisahkan belahan bumi utara dengan
belahan bumi selatan. Garis-garis lintang yang lain sejajar dengan
khatulistiwa. Oleh karena itu, garis itu dinamakan juga garis paralel
(sejajar). Garis lintang di belahan utara dinamakan Lintang Utara (LU),
dari 1° LU - 90° LU (kutub utara = KU). Di belahan selatan dinamakan
Lintang Selatan (LS), dari 1° LS - 90° LS (kutub selatan = KS).
Garis bujur (meridian) pada peta berbentuk garis lurus atau
lengkung dari utara ke selatan. Garis bujur yang melalui Kota Greenwich
dekat London ditetapkan sebagai garis bujur 0°. Di sebelah timur garis
0° adalah Bujur Timur dan di sebelah baratnya adalah Bujur Barat,
kedua garis bujur itu sampai 180°.

3. Jenis Peta
Bedasarkan skala peta dapat dibedakan atas:
a. Peta skala besar, skala di atas 1 : 250.000
b. Peta skala sedang, skala 1 : 250.00 - 1 : 500.000 dan
c. Peta skala kecil, skala di bawah 1 : 500.000.
Selain itu, ada juga peta dengan skala lebih besar dari 1:500.000,
yaitu peta kadaster. Peta berskala besar digunakan untuk menggambarkan
lahan perumahan atau peta topografi. Peta lain yang
berskala lebih kecil dari 1:1.000.000, yaitu peta geografi yang sering
ditemukan di dalam atlas.
Berdasarkan isi peta, peta dapat dibedakan menjadi:
a. Peta umum, yaitu peta yang berisi berbagai kenampakan secara
umum. Misalnya, peta dunia atau peta Indonesia yang melukiskan
permukaan bumi secara umum.

b. Peta khusus, yaitu peta yang menggambarkan sekelompok
kenampakan tertentu. Contohnya, peta politik (batas negara,
provinsi), peta persebaran barang tambang (berisi simbol
bermacam-macam barang tambang), dan peta pariwisata (berisi
kota-kota wisata serta jalan-jalan menuju ke kota tersebut).


c. Peta teknis, peta ini umumnya digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan tertentu. Peta ini berskala besar dengan
ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan peta lain, biasanya
peta jenis ini ada hubungan dengan pembangunan jembatan,
jalan raya, pembangunan gedung atau perumahan/bidang
perumahan.

4. Manfaat Peta
Aryono Prihandito dalam bukunya Kartografi, membedakan fungsi
peta menjadi empat, yaitu:
a) Menunjukkan posisi atau lokasi relatif. Peta berfungsi untuk
menunjukkan letak suatu tempat berdasarkan titik acuan tertentu
di muka bumi.
b) Menunjukkan jarak antarkota atau luas daerah di muka bumi.
c) Memperlihatkan bentuk atau dimensi kenampakan tertentu,
seperti aliran sungai dan gunung dapat terlihat di dalam peta.
d) Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan
menyajikannya di dalam peta. Dalam penyajiannya, simbol-simbol
digunakan sebagai wakil dari data-data tersebut. Dalam hal ini,
Kartografer dapat menganggap simbol tersebut dimengerti oleh
pemakai peta.

5. Cara Memperbesar dan Memperkecil Peta
Dalam penggunaannya, peta dapat diperbesar atau diperkecil
berdasarkan keperluan penggunanya. Memperbesar atau memperkecil
sebuah peta dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Cara Fotografis
Cara ini dilakukan dengan mengubah skalanya dengan mengubah
fokus kamera yang digunakan.
b. Cara Mengubah Skalanya
Contoh, apabila peta diperbesar N kali, maka skala pada peta
yang baru berubah menjadi 1 dibanding skala peta asli dibagi bilangan
N. Misalnya, apabila skala pada peta asli 1:1.000.000 kemudian
diperbesar 2 kali, maka skala pada peta yang baru akan berubah menjadi
1:1.000.000 : 2 = 1:100.500.


B. Atlas
1. Pengertian Atlas
Atlas adalah kumpulan peta yang dibuat dalam bentuk buku.
Atlas yang baik mudah dimengerti dan tidak membingungkan bagi
pengguna. Agar atlas menjadi baik paling tidak memuat komponen-komponen
berikut ini.
a. Judul Atlas
Judul atlas diletakkan di halaman sampul dan harus berhubungan
dengan isi atlas. Sebagai contoh, atlas Indonesia karena judulnya „Atlas
Indonesia‰, maka atlas tersebut antara lain memuat peta provinsiprovinsi
di Indonesia.
b. Tahun Pembuatan Atlas
Tahun pembuatan atlas yang berbeda akan menyajikan informasi
yang berbeda pula, terutama yang berhubungan dengan data yang
sifatnya dinamis. Tahun pembuatan atlas biasanya ditulis setelah nama
penerbit, misalnya Atlas Nusantara, diterbitkan oleh PT XYZ, 2000.
c. Daftar Isi
Daftar isi menunjukkan judul-judul peta dan halamannya yang
ada dalam atlas. Daftar isi memudahkan pengguna dalam mencari
peta yang dibutuhkan.
d. Legenda (Kumpulan Simbol Peta)
Legenda digunakan untuk menunjukkan arti simbol yang
digunakan pada peta. Legenda biasanya diletakkan di halaman awal
sebelum peta-peta pokok.
e. Indeks
Indeks berguna untuk memudahkan dalam mencari letak sebuah
kota, gunung, pulau, sungai atau unsur-unsur geografi yang lain. Unsurunsur
geografi tersebut disusun dalam kelompok-kelompok tertentu,
misalnya ada kelompok kota, kelompok gunung, kelompok pulau, kelompok
danau, dan kelompok laut. Akan tetapi, ada pula penulisan nama-nama
unsur geografi tersebut diurutkan sesuai dengan abjadnya.
2. Jenis Atlas
Jenis atlas bergantung dari isi atlas, yaitu isi dari segi peta yang
ditampilkan. Berdasarkan jenisnya, atlas dibagi menjadi tiga, yaitu atlas
umum, khusus, dan semesta.
a. Atlas Umum
Atlas jenis ini memberikan informasi secara umum tentang objek
geografi di permukaan bumi. Termasuk dalam jenis atlas umum, yaitu:
1) Atlas dunia, memaparkan keadaan benua-benua di seluruh dunia.
2) Atlas nasional, memaparkan keadaan suatu negara.
b. Atlas Khusus
Atlas jenis ini memberikan satu jenis informasi saja sesuai dengan
judulnya. Contoh atlas jenis khusus, yaitu:
1) Atlas sejarah, memaparkan peristiwa-peristiwa sejarah.
2) Atlas geologi, memaparkan keadaan geologi atau batuan.
c. Atlas Semesta
Atlas jenis ini memaparkan keadaan semesta, antara lain:
berhubungan dengan tata surya, galaksi, perbintangan, dan peredaran
benda angkasa.
3. Penggunaan Atlas
Atlas dapat digunakan untuk keperluan, antara lain:
a. Mencari letak suatu objek geografi, misalnya: negara, provinsi,
dan kota.
b. Mencari informasi tentang keadaan sosial dan ekonomi suatu
daerah atau negara. Misalnya, yang berhubungan dengan hasil
bumi dan kepadatan penduduk.
c. Mencari informasi tentang keadaan budaya, misalnya yang
berhubungan dengan pendidikan dan persebaran benda sejarah.

C. Globe
Bumi yang begitu besarnya bisa dibuatkan tiruannya oleh manusia.
Sekarang, apa tiruan bumi itu?
1. Pengertian Globe
Globe, artinya tiruan bola bumi yang diperkecil supaya dapat
menggambarkan bentuk bumi yang sebenarnya. Seperti pada peta dan
atlas, garis bujur dan lintang pun terdapat di dalam globe, juga terdapat
garis ekuator dan garis khatulistiwa yang membagi bola bumi menjadi
dua bagian, yaitu utara dan selatan.
2. Cara Penempatan Globe
Agar kita mendapatkan informasi yang sebenarnya dari globe,
maka pemasangan globe yang benar adalah dengan cara diletakkan
miring membentuk sudut sebesar 66 —° terhadap bidang ekliptika
dan bidang ekuator langit membentuk sudut 23 —°. Pemasangan yang
demikian itu menunjukkan posisi sumbu bumi yang sebenarnya.
3. Kegunaan Globe
Seperti halnya peta dan atlas, globe pun memiliki beberapa fungsi
dan kegunaan, di antaranya adalah:
a) Menggambarkan atau memproyeksikan bentuk bumi yang
sebenarnya dan dapat memperlihatkan permukaannya secara
utuh.
b) Dapat dengan mudah memperagakan terjadinya siang dan malam
dengan bantuan sinar dari senter.
c) Dapat dengan mudah memperagakan terjadinya rotasi bumi.
d) Membandingkan perbedaan daerah waktu di bumi dengan
pertolongan garis bujur.
e) Menunjukkan sistem pembagian garis lintang dan garis bujur serta
besarnya lingkaran garis lintang.
f) Menggambarkan dengan mudah kedudukan bumi dalam
hubungannya dengan matahari dan bulan.
4. Mencari Informasi Geografi dari Globe
Tujuan mencari informasi geografi dari globe, yaitu:
a) untuk menunjukkan lokasi dan tempat yang telah diketahui melalui
garis lintang dan garis bujur;
b) untuk mengetahui perbedaan iklim suatu daerah melalui garis
lintang;
c) untuk mengetahui perbedaan waktu suatu daerah melalui garis
bujur; dan
d) untuk mengetahi gambaran mengenai terbit dan tenggelamnya
matahari.